Jumat, 23 November 2018

Ciri Taqwa Bagian Pertama (Iman kepada Perkara Ghaib)



Surat Al-Baqarah Ayat ketiga Bagian Pertama
Oleh: Jamaludin Al-Ansori



الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.




Allah merinci, siapa saja yang termasuk orang yang bertakwa versi ayat kedua dari Surat Albaqarah ini, yaitu:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Al-Quran mengajak kita untuk berfikir menuju keyakinan, berdasarkan bukti-bukti yang kongkrit dan mudah difahami untuk orang-orang yang mau menggunakan akal sehatnya, sebagaimana diterangkan pada pembahasan sebelumnya.

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya benar-benar telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? QS. AlQamar:17

Keyakinan tanpa ragu melahirkan keimanan yang berfungsi sebagai ashlun (akar yang sehat) bagi berdiri nya furu’ (cabang yang kuat) yang mempunyai proteksi untuk menangkal firus-firus yang dapat mengganggu eksistensi dan kesehatan pohon Aqidah. Keimanan yang muncul dari keyakinan yang kuat melahirkan derajat ketaqwaan, yaitu suatu derajat yang paling mulia di hadapan Sang Pencipta swt. Seseorang tidak bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa padahal dia tidak beriman.

Dengan kata lain, tidak ada satu orang kafir pun yang bertaqwa (versi AlQuran). Dan tidak bisa dikatakan iman, jika jauh dari keyakinan dan berkomitmen bahwa Al-Quran sebagai media menuju jalan keselamatan dan tujuan akhir yang membahagiakan.

Ghaib adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, dicicipi oleh lidah dan dirasakan oleh kulit. Dengan kata lain, ghaib itu tidak bisa terindra bahkan tidak terbesit dalam pikiran, itulah yang disebut dengan hal ghaib. Jika salah satu saja gugur, misalnya bisa terlihat, maka sudah gugur pula keghaibannya.

Tiada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib kecuali pencipta keghaiban itu sendiri yaitu Allah SWT.

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Di sisi-Nya lah kunci-kunci perkara ghaib, tiada yang mengetahuinya kecuali Dia. QS. Al-An’am:59

kita bisa mengetahui perkara ghaib karena diberitahu. Jangankan kita, tingkatan Nabi sja jika tidak diberitahu tentang keghaiban itu, tidak mengetahui apapapun mengenainya. Hal tersebut terungkap dari firman Allah swt.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." QS. AlIsra:85

Maka sudah sepantasnya seorang yang ingin mencapai derajat ketaqwaan, tidak terburuburu dalam menentukan apapun berkenaan dengan hal ghaib sebelum adanya dalil yang shahih mengenai hal tersebut.

Bersambung ....


Tidak ada komentar: