Surat Al-Baqarah Ayat ketiga Bagian Pertama
Oleh: Jamaludin Al-Ansori
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Allah merinci, siapa saja yang termasuk orang
yang bertakwa versi ayat kedua dari Surat Albaqarah ini, yaitu:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ
Al-Quran mengajak kita untuk berfikir menuju
keyakinan, berdasarkan bukti-bukti yang kongkrit dan mudah difahami untuk
orang-orang yang mau menggunakan akal sehatnya, sebagaimana diterangkan pada
pembahasan sebelumnya.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ
لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya benar-benar telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? QS. AlQamar:17
Keyakinan tanpa ragu melahirkan keimanan yang
berfungsi sebagai ashlun (akar yang sehat) bagi berdiri nya furu’ (cabang yang
kuat) yang mempunyai proteksi untuk menangkal firus-firus yang dapat mengganggu
eksistensi dan kesehatan pohon Aqidah. Keimanan yang muncul dari keyakinan yang
kuat melahirkan derajat ketaqwaan, yaitu suatu derajat yang paling mulia di
hadapan Sang Pencipta swt. Seseorang tidak bisa dikatakan sebagai orang yang
bertaqwa padahal dia tidak beriman.
Dengan kata lain, tidak ada satu orang kafir
pun yang bertaqwa (versi AlQuran). Dan tidak bisa dikatakan iman, jika jauh
dari keyakinan dan berkomitmen bahwa Al-Quran sebagai media menuju jalan
keselamatan dan tujuan akhir yang membahagiakan.
Ghaib adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat
oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, dicicipi oleh lidah dan
dirasakan oleh kulit. Dengan kata lain, ghaib itu tidak bisa terindra
bahkan tidak terbesit dalam pikiran, itulah yang disebut dengan hal ghaib. Jika
salah satu saja gugur, misalnya bisa terlihat, maka sudah gugur pula keghaibannya.
Tiada seorangpun yang mengetahui perkara
ghaib kecuali pencipta keghaiban itu sendiri yaitu Allah SWT.
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ
لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Di sisi-Nya lah kunci-kunci perkara ghaib,
tiada yang mengetahuinya kecuali Dia. QS. Al-An’am:59
kita bisa mengetahui perkara ghaib karena
diberitahu. Jangankan kita, tingkatan Nabi sja jika tidak diberitahu tentang
keghaiban itu, tidak mengetahui apapapun mengenainya. Hal tersebut terungkap
dari firman Allah swt.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ
قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا
قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit." QS. AlIsra:85
Maka sudah sepantasnya seorang yang ingin
mencapai derajat ketaqwaan, tidak terburuburu dalam menentukan apapun berkenaan
dengan hal ghaib sebelum adanya dalil yang shahih mengenai hal tersebut.
Bersambung ....