Pertemuan
kelima
Dhamir
Nashbin Muttashil Bil Fi’li
Oleh: Jamaludin Al-Ansori
Oleh: Jamaludin Al-Ansori
Sering kita mendengar dalam majlis-majlis
atau pengajian –pengajian yang di dalamnya kadang disebut-sebut beberapa dhamir
yang di antaranya adalah dhamir nashbin muttashil dan munfashil. kadang-kadang
di sela-sela perkataan, terselip suatu susunan kalimat dari pernyataan:” إِيَّاكَ
نَعْبُدُ itu asalnya نَعْبُدُ
إِيَّاَكَ , peristiwa mendahulukan yang
seharusnya diakhirkan itu memberi faidah hasr (batasan)”.
Demikianlah
di antara pernyataan yang kadang bahkan (penulis sendiri) sering mendengarnya di
mimbar-mimbar pengajian. Mari kita perhatikan sebuah jumlah yang kami garis
bawahi, yaitu: نَعْبُدُ
إِيَّاَكَ , apakah
susunan dari jumlah tersebut sudah sesuai dengan kaidah, atau bahkan keliru?
Untuk menjawabnya, kita perhatikan terlebih dahulu pemaparan singkat mengenai
dhamir nashbin muttashil bil fi’li berikut ini.
Dhamir nashbin muttashil bil fi’li adalah
dhamir nashab yang bersambung dengan fi’il, baik berupa fi’il madhi, mudhari’
atau amr. Tepatnya, dhamir ini berfungsi sebagai objek.
Jika
di antara fi’il dengan objeknya ada pemisah, maka yang digunakan adalah dhamir
nashbin munfashil. namun jika tiada pemisah di antara mereka, maka yang
digunakan adalah dhamir nashbin muttashil bil fi’li ini. Berikut ini adalah
rinciannya:
No.
|
Arti
|
Dhamir
|
Dhamir + Fi’il
|
1.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan Dia satu laki-laki
|
هُ
|
نَصَرَهُ
|
2.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan Mereka dua laki-laki
|
هُمَا
|
نَصَرَهُمَا
|
3.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan mereka beberapa laki-laki
|
هُمْ
|
نَصَرَهُمْ
|
4.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan dia satu perempuan
|
هَا
|
نَصَرَهَا
|
5.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan mereka dua perempuan
|
هُمَا
|
نَصَرَهُمَا
|
6.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan mereka beberapa perempuan
|
هُنَّ
|
نَصَرَهُنَّ
|
7.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan Kamu satu lai-laki
|
كَ
|
نَصَرَكَ
|
8.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan kalian dua laki-laki
|
كُمَا
|
نَصَرَكُمَا
|
9.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan Dia satu laki-laki
|
كُمْ
|
نَصَرَكُم
|
10.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan kamu satu perempuan
|
كِ
|
نَصَرَكِ
|
11.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan kalian dua perempuan
|
كُمَا
|
نَصَرَكُمَا
|
12.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan kalian beberapa perempuan
|
كُنَّ
|
نَصَرَكُنَّ
|
13.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan saya
|
يْ
|
نَصَرَنِيْ
|
14.
|
Dia satu laki-laki telah
menolong akan kami/kita
|
نَا
|
نَصَرَنَا
|
Itulah rincian dhamir nashbin muttashil ini,
adapun tempatnya, sebagaimana dijelaskan di atas, bisa juga menempel dengan
fi’il mudhari’ atau fi’il amr. Contoh:
Kamu satu
laki-laki sedang/akan menolong kami
|
تَنْصُرُنَا
|
Hendaklah
kamu satu laki-laki menolong dia satu perempuan
|
اُنْصُرْهَا
|
Namun
jika terdapat pemisah antara fi’il dengan maf’ulnya akan menjadi seperti berikut
ini:
1.
|
Kamu satu
laki-laki sedang/akan menolong kami dan mereka beberapa perempuan
|
تَنْصُرُنَا
وَ إِيَّاهُنَّ
|
2.
|
Hanyalah
kamu satu laki-laki sedang/akan menolong kami saja
|
إِيَّانَا تَنْصُرُ
|
3.
|
Hendaklah
kamu satu laki-laki menolong dia satu perempuan
|
اُنْصُرْهَا
|
Dll.
|
Keterangan:
1. Pada contoh
pertama ada dua
jenis dhamir nashbin yaitu نا dan إياهن. Mereka dibedakan karena memang secara
struktural mereka berbeda walaupun secara makna mereka sama. Dhamir nashab
pertama adalah “naa”, mengapa yang diletakkan di sana bukan “iyyaanaa”? karena
di antara fi’il dengan maf’ulnya tiada pemisah. Oleh karena itu kurang tepat
apabila susunan kalimatnya seperti ini, تَنْصُرُ إِيَّانَا.
Begitu pula
iyyaahunna di sana, mengapa tidak memakai hunna saja? Karena di antara mereka
ada pemisah yaitu dhamir sebelumnya. Oleh karena itu tidak tepat jika
susunannya seperti ini, تَنْصُرُنَا و هُنَّ.
2. Untuk contoh nomor dua ada sedikit perbedaan. Dhamir
nashab yang berfungsi sebagai maf’ul atau objek berada di awal, sedangkan
fi’ilnya datang kemudian. Dalam kondisi-kondisi tertentu, hal ini tidak menjadi
masalah, asalkan yang menulisnya
memahami makna dibalik semua itu. Jika kita perhatikan, antara fi’il dengan
maf’ulnya tiada pemisah, lalu mengapa tidak lantas kita simpan saja dhamir
nashbin muttashil?
Perlu diketahui, bahwa aturan main menempelnya dhamir itu
di belakang. Adapun dari arah depan tidak ada satu kaidahpun yang menerangkan
akan kebolehannya. Maka walaupan tiada pemisah, karena tidak diperbolehkannya
dhamir menempel melalui arah depan, dianggap bahwa dhamir tersebut terpisah
dari induknya dalam kata lain munfashil.
3. Untuk contoh nomor tiga, kami rasa tidak terdapat masalah
dan dirasa cukup dengan penjelasan sebelumnya, namun fi’il yang digunakan
adalah fi’il amr.
Dengan pemaparan di atas dirasa sudah cukup
mewakili pertanyaan atau masalah mengenai benar/tidaknya susunan kalimat نَعْبُدُ
إِيَّاَكَ, yaitu sebagaimana yang dijelaskan pada keterangan nomor
satu dan dua. Sehingga kalimat yang tepat adalah نَعبُدُكَ.
Demikianlah
penjelasan singkat mengenai dhamir nashbin muttashil bil fi’li. Semoga
bermanfaat.